Inovasi Pemanfaatan Limbah Tempurung Kelapa Menjadi Briket Untuk Bahan Bakar Alternatif
DOI:
https://doi.org/10.62330/pjpm.v2i01.110Keywords:
briket, bionergi, limbah, tempurung, kelapa, briquettes, bioenergy, waste, shell, coconutAbstract
Peningkatan permintaan global terhadap energi telah meningkatkan penggunaan bahan bakar fosil, yang tidak terbarukan dan berdampak negatif pada lingkungan. Di Indonesia, limbah tempurung kelapa sering diabaikan padahal memiliki potensi menjadi produk yang lebih bernilai dan bermanfaat yaitu diolah menjadi briket sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan juga dapat membuka peluang ekonomi.
Pengabdian masyarakat di Kelurahan Noborejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat setempat tentang cara mengolah limbah tempurung kelapa menjadi briket. Kegiatan ini menggunakan metode partisipatif dengan tiga tahap: persiapan, sosialisasi, dan pelatihan. Peserta, terutama ibu-ibu PKK, dilatih untuk memproduksi briket dengan alat dan bahan sederhana seperti tepung tapioka sebagai perekat alami.
Hasilnya menunjukkan bahwa masyarakat dapat memproduksi briket secara mandiri, meskipun terdapat tantangan seperti keterbatasan peralatan. Program ini berhasil meningkatkan keterampilan masyarakat, membuka peluang ekonomi baru, mengurangi polusi lingkungan, dan mendukung upaya global untuk mengurangi emisi karbon. Pengelolaan limbah kelapa yang lebih baik memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan yang signifikan bagi masyarakat setempat.
Kata Kunci: briket, bionergi, limbah, tempurung, kelapa
ABSTRACT
The global increase in energy demand has led to higher use of fossil fuels, which are non-renewable and have a negative impact on the environment. In Indonesia, coconut shell waste is often overlooked, although it has the potential to be converted into a more valuable and useful product, namely briquettes, as a more environmentally friendly alternative fuel that can also open up economic opportunities.
A community service project in Kelurahan Noborejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, aims to provide training to local residents on how to process coconut shell waste into briquettes. This activity uses a participatory method with three stages: preparation, socialization, and training. Participants, especially members of the local women's organization (PKK), are trained to produce briquettes using simple tools and materials, such as tapioca flour as a natural adhesive.
The results show that the community can produce briquettes independently, although there are challenges such as limited equipment. This program successfully enhances community skills, opens up new economic opportunities, reduces environmental pollution, and supports global efforts to reduce carbon emissions. Better management of coconut waste provides significant economic and environmental benefits for the local community.
Keywords: bioenergy, briquettes, waste, shell, coconut